Labuhan Mimpi di 2015

" Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpimu "
- Arai, Sang Pemimpi


Tak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa ditahun ini ada pengalaman luar biasa yang terjadi dalam hidup saya. Bisa dibilang, tahun ini mimpi menjadi kenyataan. Namun yang akan saya garis bawahi ditahun ini adalah segala jerih payah dan usaha yang ternyata menjadi memori spesial.

Berawal dari masa kontrak kerja di Jakarta yang habis di bulan Juli 2014 dan tak adanya lowongan untuk menjadi pegawai permanen, maka saya memutuskan untuk pulang ke rumah, ke Jogja. Membangun mimpi baru disana. Sebenarnya bukan mimpi baru, tapi mimpi lama yang menjadi buram karena waktu itu pekerjaan menjadi perhatian nomor satu. Ya, mimpi untuk melanjutkan S2 di luar negeri.

Waktu itu, tentu saja orang tua saya, terutama ayah menganggap mimpi saya ini hanyalah omong kosong belaka. Berulang kali beliau menyesalkan keputusan saya untuk kembali ke Jogja. Banyak pula saudara dan tetangga yang bertanya kenapa saya kembali ke kampung halaman. Dan tak mungkin juga saya menjelaskan kepada mereka tentang mimpi saya ini. Karena saya tak ingin dianggap sebagai pembual dengan hal-hal yang tak tentu dan belum jelas kepastiannya.   

Selama setahun Allah menguji kesabaran, keikhlasan dan kekuatan saya untuk terus berusaha. Selama setahun itu, tak bisa dipungkiri, saya menganggur. Berbagai lowongan beasiswa dan juga pekerjaan (pada waktu itu sedang marak lowongan CPNS dan BUMN) saya apply. Namun hasilnya nihil, saya tak diterima. Saya frustasi, list beasiswa dan lowongan pekerjaan saya coret satu per satu hingga menyisakan list terakhir,yaitu LPDP yang pada saat itu belum keluar pengumumannya. Saya berada di titik pasrah. Yang menjadi penyemangat adalah teman-teman seperjuangan (para scholarship hunter) yang saling menyemangati satu sama lain. Kita sering mengadakan belajar bersama, terutama berlatih speaking untuk IELTS, menghadiri seminar beasiswa bersama-sama dan juga berlatih untuk menjawab pertanyaan seputar wawancara beasiswa. Saya sangat bersyukur sekali bertemu dengan mereka. Baik teman lama maupun teman baru. 

Dan pada tanggal 10 Juni 2015, Allah menjawab doa saya. Masih ingat sekali perasaaan waktu itu. Usaha keras, jatuh bangun, pengangguran tak jelas, dari Juli 2014 hingga Juni 2015 terbayar sudah. Saya peluk ibu erat-erat sambil menangis dengan jantung yang berdetak cepat tak karuan. Ibu saya juga turut menangis bahagia. Tangan saya gemetar ketika memencet hp untuk menelpon ayah di kantor.

Terimakasih LPDP. Saya bertemu orang-orang hebat yang menginspirasi. Mereka mengajarkan saya untuk bermimpi lebih besar lagi. Dream Big, Do Big !. 

Alhamdulillahirabbilalamin..

Namun perjuangan tak berhenti disitu. Setelah saya tiba di Belanda, banyak hal baru yang harus segera saya pelajari. Tak hanya dari segi akademik, tapi kehidupan sehari-hari seperti makanan, teman, bahkan cuaca yang sangat berbeda. Terlebih lagi ini pertama kalinya saya pergi ke luar negeri. Perasaan rindu akan tanah air, terutama keluarga dan kampung halaman selalu menyiksa setiap hari. Tapi, seperti kata Imam Syafi'i, Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti kerabat dan kawan. Saya bertemu dengan banyak orang disini yang menjadi keluarga baru saya. Kerinduan saya menjadi sedikit terobati. 

Bismillahirrahmanirrahim..
Semoga ditahun 2016, Allah senantiasa memberi saya ketetapan dan keteguhan hati untuk selalu berusaha dan bekerja lebih keras lagi. 

Nijmegen, 31 Desember 2015








Comments

Popular Posts