Winter Tour 2015, Part #1 Hannover - Berlin

Dua minggu Winter Break menjelang Chrismas dan Tahun Baru merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu bagi para pelajar disini, meskipun pada kenyataannya setelah libur usai, mereka harus berhadapan dengan musuh di bulan Januari. Yaitu, ujian semester.

Alhamdulillah saya mendapatkan wisata murah selama 5 hari dengan mengikuti sebuah rombongan Winter Tour. Kami semua, 35 orang, berangkat dengan menggunakan bus yang dikendarai oleh seorang pria yang secara fisik apabila memperkirakan usianya bisa dibilang sudah lebih dari separuh baya, karena itu kita semua memanggilnya Opa :-D . 

Opa ini berasal dari Hungaria, dan bus yang dikendarainyapun ternyata juga berasal dari Hungaria, waktu itu saya sempat cek plat nomornya. Benar saja, platnya bertuliskan 'H' kode asal negara untuk Hungaria. Yang menarik adalah Eropa menerapkan standar safety yang tinggi pada public transport. Begitupun pada bus yang kita gunakan. Bus ini hanya dapat melaju dengan kecepatan maksimal 100 km/jam dan juga setiap 2 jam sekali harus berhenti selama 30 menit. Untuk menghindari ketidaktertiban pada aturan ini, maka ditanamkan sebuah chip pendeteksi pada bus ini. Apalagi ada pemeriksaan, maka dapat terdeteksi apakah bus ini berjalan sesuai dengan aturan atau tidak. Bila melanggar, maka otomatis terkena denda. Keren ya :-) 
Jadi, disini tak ada yang namanya bus ugal-ugalan, sehingga penumpang bisa tenang dan nyaman dalam perjalanan. 

Anyway, yang bakal saya bahas disini bukan dari segi teknologinya seperti bus tadi, tapi seperti judul postingan diatas. 

Berbeda dengan Indonesia yang terkenal akan keeksotisan alam beserta keanekaragaman hayatinya, Eropa, terkenal dengan bangunan megahnya yang merupakan hasil dari suatu peradaban dari sejarah yang panjang. Wisata saya kali inipun mengunjungi spot-spot terkenal di beberapa kota di Jerman, Austria, dan Ceko. Bagi saya, ini merupakan kesempatan yang sangat bagus untuk memperdalam dan menambah wawasan tentang sejarah bangsa Eropa dan kecanggihan teknologinya. 

a. Hannover


Neues Rathaus tampak depan

Kami sepakat untuk kumpul dan berangkat bersama dari Wageningen, Belanda. Tujuan pertama adalah Hannover, Jerman. Di Hannover, kami berkunjung ke gedung pemerintahan baru atau biasa disebut Hannover New Town Hall  atau dalam bahasa jerman Neues Rathaus, tempat dimana walikota Hannover tinggal. Gedung ini dibangun pada awal abad ke-20 atau sejak tahun 1903 dan membutuhkan waktu 12 tahun untuk menyelesaikannya. Gedung ini sempat rusak berat karena sebuah bom yang menyerang kota Hannover pada waktu perang dunia ke-2 terjadi. 

Neues Rathaus tampak samping

Yang menarik dari bangunan ini dari gaya arsitekturnya yang unik adalah adanya kubah di towernya atau dome tower dengan lift yang berbentuk melengkung mengikuti bentuk kubah. Tentu saja, dari atas dome, pengunjung dapat menikmati landscape kota Hannover.

Selain itu, dibelakang gedung ini terdapat sebuah taman yang luas lengkap dengan kolam. Jadi pengunjung bisa istirahat di taman ini sambil menikmati makan siang. Saat itu juga ada pasangan yang melakukan pemotretan pre-wedding disini. :-)

Kolam luas di belakang gedung


Diambil dari taman belakang


b. Berlin


Patung Dewi Perdamaian diatas Bradenburg Gate

Berlin, sebuah kota paling bersejarah di Jerman. Beribu-ribu duka pernah terjadi di kota ini. Kekejaman nazi dan juga pemisahan Jerman Barat dan Jerman Timur menjadi luka dalam tersendiri bagi bangsa Jerman.

Dari Hannover, bus kamipun menuju ke Berlin. Sesampainya di Berlin sudah tengah malam, mengingat saat ini adalah winter, jadi malam di Eropa pun bertambah panjang. Matahari terbenam pukul 5 sore dan terbit pukul 8 pagi. Kunjungan pertama malam itu sebelum tiba di penginapan adalah Berlin Victory Column.  

Berlin Victory Column


Monumen ini dibangun karena memperingati kemenangan Prusia dalam perang Jerman-Denmark di tahun 1864, abad ke-19. Pada masa itu, Jerman masih dibawah Prusia dengan rajanya Wilhelm I. Dengan kilauan cahaya keemasan di malam hari, monumen besar setinggi 67 meter itu berdiri kokoh di tengah-tengah bundaran jalan raya besar di kota Berlin. Awalnya, monumen ini berdiri di depan Reichtags atau gedung parlemen Jerman, kemudian dipindahkan ketempat lain pada masa Nazi. 

Patung Victoria (dirancang oleh Friedrich Drake, sculptor terkenal asal Jerman), dewi kemenangan pada patung ini berbeda dengan Victoria pada versi Romawinya. Disini Victoria tidak menggunakan mahkota daun-daun seperti patung Romawi kebanyakan. Berlin Victory Column inilah yang menginspirasi pembuatan Bradenburg Gate sebagai simbol bagi kota Berlin untuk kemenangan dari berbagai konflik dan juga sejarah panjang yang mewarnainya.

Sampai di penginapanpun saya dan juga beberapa teman tak sabar ingin menjelajah sudut-sudut kota Berlin di malam hari. Akhirnya kami memutuskan untuk berjalan kaki menuju Tembok Berlin. Dan ini merupakan pengalaman tak terlupakan bagi saya karena tengah malam mengunjungi salah satu tempat yang dahulu menorehkan darah dan air mata bagi rakyat Jerman.

Tembok Berlin

Seperti pada foto diatas, sekarang tembok Berlin tak lain halnya seperti tembok biasa yang dipenuhi oleh tulisan Gravity. Saat ini hanya ada 2 lokasi dimana tembok Berlin masih berdiri, yaitu East Side Wall dan West Side Wall. Padahal dahulunya tembok ini memisahkan Jerman Barat dan Jerman Timur selama kurang lebih 28 tahun. Yang menarik disini adalah ketika saya membaca sebuah tulisan di papan depan tembok Berlin, yang mengisahkan perjuangan seorang pria berusia 40 tahun bernama Ernst Mundt untuk menyeberang ke Jerman Barat dan nekat memanjat tembok demi menemui ibunya yang sakit-sakitan. Namun malang nasibnya, pria tersebut akhirnya tewas tertembak oleh petugas penjaga yang kebetulan melihatnya. Lalu rakyat meletakkan karangan bunga dan tanda salib di tempat dimana dia tertembak sebagai tanda berbela sungkawa.

History of Ernst Mundt

Keesokan paginya, masih seputar kota Berlin, tujuan selanjutnya di kota ini adalah mengunjungi tempat memorial untuk para korban terbunuh dijaman Nazi atau disebut Memorial Murdered Jews of Europe. Yang unik lagi, selain adanya tempat memorial, pemerintah kota Berlin mebuat tanda lampu lalu lintas bagi pejalan kaki, merah, kuning dan hijau dengan gambaran khas orang Yahudi yang memakai topi. Hal ini juga sebagai memorial bagi kota Berlin akan tragedi nazi.

Memorial Murdered Jews of Europe


Lampu lalu lintas khas Berlin untuk mengenang peristiwa pembantaian yahudi

Dari sini, kemudian kita berjalan menuju Bradenburg Tor atau Bradenburg Gate yang merupakan landmark paling terkenal di kota Berlin dan juga merupakan simbol nasional bagi negara Jerman. Pintu gerbang ini tepat berdiri diantara Jerman Barat dan Jerman Timur. Dan ketika perang dingin atau Cold War berakhir yang ditandai dengan runtuhnya tembok Berlin, gerbang ini secara resmi juga dibuka, tahun 1989. Desain dari bangunan ini terinspirasi dari Acropolis di Athena dengan patung Victoria yang mengendarai empat ekor kuda sebagai tanda kemenangan dan perdamaian.

Oh iya, bangunan ini sejalur lurus dengan Victory Column, tinggal berjalan lurus saja dari Bradenburg Gate maka sampailah di Victory Column.

Didepan Bradenburg Gate

Tempat terakhir yang dikunjungi di kota Berlin adalah gedung parlemen Jerman, Reichstag Building. Seperti halnya di Hannover, gedung parlemen di Berlin juga memiliki ciri khas dengan dome towernya. Namun di gedung ini dome towernya lebih besar dan penjagaan di depan gedungpun sangat ketat. 
Dilihat dari sejarahnya, gedung parlemen ini pernah terbakar ketika jaman nazi dan juga rusak akibat serangan bom pada waktu perang dunia ke-2. Sayang sekali, waktu kami sangat terbatas untuk mengunjungi gedung ini. Jadi tak banyak hal yang kita ketahui mengenai gedung ini. Hanya sejarah singkatnya saja. 
Tambahan, seperti halnya kota besar lainnya di Eropa, bagi yang mengunjungi Berlin, dapat menggunakan fasilitas sightseeing city tour bus Berlin yang disediakan oleh pemerintah setempat. 

Tampak depan The Reichstag Building

Tampak samping The Reichstag Building

Berlin Bus City Tour











Comments

Popular Posts