Virus Panleukopenia Pada Kucing dan Perawatannya

Setelah salah satu dari dua kucing saya mati karena terserang virus panleukopenia, saya mulai aware terhadap bahaya virus mematikan ini yang sering mengancam kucing-kucing peliharaan di rumah.

Sebelumya, saya punya dua kucing, saya beri nama Plongki dan Plongko. Namun, setelah kucing saya memasuki usia 4 bulan, si Plongki mulai sakit-sakitan, dimulai dari kakinya yang membengkak kemudian bernanah. Setelah saya periksakan ke dokter, ternyata bakteri yang menyerang tubuhnya. Beberapa hari berlalu setelah Plongki sembuh dari penyakitnya, dia sudah mulai tambah lincah lagi. Tapi saya mulai khawatir ketika dia masih mencret dan mulai tidak mau makan. Sehari setelah tidak mau makan, Plongki muntah, setelah itu kejang-kejang dan akhirnya mati. Sedih sekali rasanya pada waktu itu, apalagi saya melihat sendiri bagaimana detik-detik terakhir Plongki :-(. 

In memoriam Plongki, saat foto ini diambil berusia 1 bulan


Setelah itu saya mencari informasi tentang macam-macam penyakit kucing melalui internet. Ternyata Plongki terserang virus panleukopenia karena gejalanya sangat mirip dengan yang diderita plongki, yaitu berawal dari mencret, tidak mau makan dan muntah-muntah. Virus ini memang kebanyakan menyerang anak kucing usia 3-5 bulan, karena kekebalan tubuh kucingnya mulai memudar akibat tidak lagi minum asi dari induknya. Karena itu, vaksin memang sangat diperlukan untuk mencegah kucing dari serangan virus ini. Dan yang harus diperhatikan lagi, ternyata virus mematikan ini menular ke sesama kucing atau anjing melalui udara dan sangat tahan terhadap suhu ruangan.

Saya sangat khawatir virus ini akan menular ke saudaranya, yaitu Plongko. Dugaan saya ternyata benar, beberapa hari setelah kematian Plongki, Plongko menunjukkan gejala tidak mau makan dan muntah, meskipun masih aktif seperti biasanya. Segera saya bawa Plongko ke klinik hewan dan dilakukan tes darah. Benar saja, tes darah menunjukkan hasil positif virus panleukopenia. Akhirnya Plongko harus dirawat inap di rumah sakit. Dan alhamdulillah, setelah 6 hari perawatan di rumah sakit, selera makannya sudah seperti biasa lagi. Meskipun masih mencret.

Selama Plongko di rumah sakit, saya mencari info sebanyak-banyaknya tentang bagaimana merawat kucing yang terserang virus ini. Saya menemukan beberapa informasi dan tips yang sangat menarik. Berikut tipsnya :

1. Jika kucing sudah tidak mau makan, segera ke dokter untuk diinfus dan diberikan cairan elektrolit. Untuk menggantikan infusnya dapat juga diberi larutan oralit yang dibuat sendiri, yakni dari 2 sendok gula dan satu sendok garam untuk ukuran 1 gelas oralit. Berikan sesering mungkin (per 2 jam). Bisa menggunakan pipet ataupun suntikan yang dibuang jarumnya (beli di apotek).

2. Berikan campuran dari 1 sendok madu + 1 sendok VCO (virgin coconut oil) + sedikit air, tiga kali sehari. Satu kali pemberian masing-masing 3cc/3ml (ukuran menggunakan suntikan). Campuran larutan ini guna mendukung kekebalan tubuh si kucing untuk melawan virus ini.

3. Cuci semua peralatan kucing (tempat makan, kandang, tempat pup, dll) dengan larutan bayclin / pemutih. Ternyata larutan ini mampu membunuh virus ini.

4. Jauhkan atau karantina kucing yang sakit dari kucing yang lainnya, karena virus ini sangat menular.

5. Beri makan dengan makanan yang khusus untuk kucing yang sakit, seperti makanan kaleng Royal Canin - Recovery atau Hiil's i/d. Makanan ini mampu merangsang nafsu makan kucing yang sedang sakit. Harganya berkisar 30rb satu kaleng ukuran 156 gram. Apabila sudah diberi ini tapi kucing teteap tidak mau makan, maka harus telaten menyuapinya dengan dipaksa memasukan makanan ke mulutnya. Meskipun kadang kucing malah meuntahkan kembali makanannya. Memang harus dipaksa.

6. Jaga kehangatan si kucing. Maksudnya jangan biarkan kucing berada diluar terkena air, basah atau angin. Karena virus ini semakin bertambah ketika si kucing kedinginan. Diusahakan apabila kucing tidur selalu dialasi dengan selimut.

7. Bersegeralah ke dokter apabila sudah sehari kucing tidak mau makan. Karena kucing sangat butuh larutan elektrolit untuk mencegah dehidrasi.

8. Vaksin. Sebelum usianya 3 bulan, kucing harus divaksin untuk meningkatkan kekebalan tubuhnya terhadap virus ini.

Sepulangnya Plongko dari rumah sakit, tips itu langsung saya praktekkan. Memang butuh perawatan instensif untuk menjaga kekebalan imun si kucing ini. Saya sangat bersyukur, kucing saya si Plongko sudah kembali aktif, lincah, dan berselera makan lagi. 


Semoga bermanfaat tipsnya :-)


Plongko kanan, Plongki kiri





Comments

Popular Posts